Ini dia Makalah Ilmu Tauhid dalam seni mtk manajemen



1. Tauhid dalam seni 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seni dalam pengertian sederhana selalu diidentifikasikan sebagai sebuah keindahan bukanlah sebagai hal yang bersifat mubah, namun dari segi filsafat hukum islam seni dikategorikaan sebagai kebutuhan manusia yang bersifat tersier.  
Kegunaaan seni terkait langsung dengan manusia yang baginya nilai keindahan suatu dimensi kehidupaan yang perlu bagi peningkatan harkat dan martabat manusia. Islam sendiri pernah melahirkan berbagai karya seni yang mampu menciptakan peraadban yang unik. Seperti kaligrafi ornamen dan ukiran masjid, rumah, gagang pedang, kayu dan tembikar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu seni ?
2.      Apa saja kriteria seni dalam islam ?
3.      Apa saja macam seni yang diperbolehkan dalam islam atau tidak ?
4.      Apa hukum seni dalam islam ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian seni
2.      Untuk mengetahui kriteria seni dalam islam
3.      Untuk mengetahui macam seni apasaja yang diperbolehkan dalam islam atau tidak 
4.      Untuk mengetahui hukum seni dalam islam









BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian seni
Secara bahasa Seni berarti halus(dalam rabaan),lembut dan enak(didengar),dan elok(dalam tubuh).Secara istilah seni dapat diartikan  sebagai kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bermutu tinggi.Ukuran tinggi itu jika orang lain bisa mengatakan indah ,kagum,atau luar biasa terhadap ciptaan tersebut.Secara umum seni atau kesenian adalah ekspresi jiwa dalam bentuk keindahan.
Kata seni sering dirangkai dengan kata lain seperti seni budaya ataupun gelar seni budaya.Pengertian ini sebenarnya rancu karena seni itu sebenarnya merupakan suatu unsur dari budaya itu sendiri.Dalam kajian budaya  unsur yang harus adaa mencakup tujuh hal yaitu : sosial,politik,bahasa,agama,ekonomi,seni dan estetika.[1]

B.     Kriteria seni dalam islam
Seni atau kesenian adalah ekspresi jiwa dalam bentuk keindahan.Keindahan dapat terwujud dalam bentuk lukisan,tulisan,ukiran,musik,dll.Salah satu fungsi hidup manusia adalah bagaimana ia dapat membumikan sifat-sifatNya dalam kehidupan.Salah satu sifat Allah SWT adalah indah.Oleh karena itu bagaimana manusia dapat mengekspresikan keindahan dalam segala kegiatannya.
Seni yang lepas dari tauhidullah adalah seni yang landasan nya nafsu dan thagut.Tentu saja umat islam di larang mengembangkan kesenian yang landasannya adalah thagut dan pemenuhan hasrat nafsu dan syahwat.
Karya seni yang memenuhi syarat-syarat estetis menurut penilaian islam apabila :
1.      Ikhlas sebagai titik tolak
2.      Mardhatillah sebagai titik tuju,
3.      Amal shaleh sebagai garis amal
Hukum asal seni adalah mubah karena seni sendiri adalah keindahan.Hukum seni dapat berubah menjadi makruh bahkan haram sama sekali, manakala seni lepas dari akarnya yaitu tauhidullah
Sebagaimana dalam surat Al-maidah ayat 4 :
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.[2]
C.     Macam-macam seni dalam islam
1.      Seni yang dibolehkan dalam islam :
a.       Seni membaca Al Quran (tilawatil Quran)
Sebagaimana nabi muhammad SAW melagukan surat Al-Fath ketika Fathul mekkah atau shabat Abu Musa Al-Asyari yang paling bagus bacaan Al Qurannya.Dari al-Barra’ bin Azib RA, ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW ,Hiasilah AlQuran dengan suaramu.HR Abu dawud ,an Nasai.
Macam-macam nada tilawah yang sering kita dengar adalah  Bayyati,shobah,Hijaz,Nahawwand,Sika,Rost dan Jiharkah.
b.      Seni kaligrafi dan tulis
Kaligrafi adalah seni menulis sebuah tulisan.Seni tulis Arab yang sering kita kenal sering disebut Khat. Sesuai dengan islam seni kaligrafi yang isinya mengambil ayat-ayat alQuran.Bentuknya bermacam-macam,tak selalu pena diatas kertas ,tetapi sering kali juga diterapkan diatas logam,bangunan,kulit.
Macam-macam seni kaligrafi adalah
1.      khat khufi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgChwaIZ5mYa3-23N1Nza1GYGF_ARA3KZrYfr7UbYIKlaX5u2_ioecj0SpTJTgUN1BIvJCahPAid_G7roLAKnsiHkaaHSPpo0Lz-HVdl_ZIrWOUQiFW9ffjS-F2Xpe93keyEt6NMjo7VNw/s400/Kufi+murobba.jpg
2.      khat  naskhi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ1KOaSWgBly66rQ6HznlVq4KEtUGgISAocHTjepkzPUF3qYXT9wVGaLIRXe5cAvXaq2S5S2PFV1FeFjLBT_RigG0B215W7jVh9pxVRElvRSIjjNyJcHKSwWsbBh0p0JJkZtR6DzmoPc0/s400/%25D8%25A7%25D9%2584%25D9%2581%25D8%25A7%25D8%25AA%25D8%25AD%25D8%25A9.png

3.      khat Farisi
         
4.      khat tsulust
5.      Khat Diwany
6.      khat Riq”ah.
c.       Seni beladiri
Seni beladiri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang itu untuk mempertahankan diri.Selama bela diri berasaskan ketauhidan,tidak syirik,serta membela kebenaran serta keadilan,maka islam membolehkan .Bahkan Allah menyukai mukmin yang kuat dari pada mukmin yang lemah.
d.      Seni melipat kertas
Atau lebih populer dengan sebutan origami ini tidak banyak pengaruhnya, hanya saja bagi umat islam ketika memilih kertasnya yang tidak bernoda dengan najis.
e.       Seni arsitektur
Selain  sebagai ilmu dalam merancang bangunan , arsitektur juga dalam seni. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun kseluruhan lingkungan binaan.Mulai dariperencanaan kota,perkotaan,arsitektur landscape hingga kelevel desain bangunan.
Contoh: seni arsitektur atap masjid,miniatur bangunan bersejarah.
f.       Seni berpidato
Berpidato atau khutbah .Berpidato dalam islam tidak sama dengan pidato biasanya.karena adamuqaddimah,isi,dan penutup.Berpidato harus juga berseni agar orang yang mendengar tidak bosan,dan apa yang diserap juga mudah tersampaikan.
2.      Seni  yang dilarang dalam islam
Haram dalam kasus-kasus tertentu  :
1.      Seni Rupa
Islam membolehkan seni rupa selama tidak mengarah kepada maksiat dan ingkar kepada Allah Tuhan semesta alam.namun, para ulama berpendapat, seni rupa yang dilarang adalah yang menggambarkan makhluk hidup atau manusia .
2.      Menyanyi
Menyanyi yang diharamkan islam karena :,
a.       Alunan suara nyanyian yang melalaikan dengan iringan seruling syaitan.
b.      Ratapan seorang ketika mendapat musibah sehingga menyakiti dirinya sendiri secara fisik dan batin dengan ratapan syaitan
3.      Musik
Sebagian ulama berbeda pendapat mngenai hukum bermain musik.Sebagian mengharamkannya dan sebagian lain menghalalkannya.Hal ini berdasar pada hadits dari Abu Malik Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :”sesungguhnya akan ada dikalangan umatku golongan yang m,enghalalkan zina,sutera,arak,dan alat-alat musik.(HR.Bukhari no.5590)

4.      Tarian
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan,mengungkapkan perasaan,maksud dan pikiran.Musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.Saat tarian tersebut mempertontonkan aurat,dan mengundang nafsu birahi mka islam melarang tarian tersebut.Apalagi tarian yang ditujukan untuk memuja sesuatu dan bersifat ritual syirik.
5.      Seni Patung
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya di ciptakan dengan cara memahat modelling atau casting. Islam melarang seni patung sebagaimana hadist rasulullah saw, “manusia yang paling pedih siksanya di hari kiamat adalah meniru ciptaan Allah. Sedangkan para pelukis dan penggamabar adalah orang orang yang meniru ciptaan Allah. (muttafaqun ‘alaih).
6.      Tindik
Akhir akhir ini sangat berkembang didunia khususnya diindonesia
sama halnya dengan tato maka tindik telah mewabah disemua kalangan. Dulu hannya diseputar telinga saja tapi kini hampir dilakukan diseluruh bagian tubuh. Seni tindik tidak sesuai dengan agama islam.
7.      Seni pertunjukkan (operet)
Seni pertunjukkan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok ditempat dan waktu tertentu.Biasanya melibatkan empat unsur : waktu,ruang,tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.Yang tidak diizinkan islam adalah ketika seseorang menunjukkan tubuhnya tanpa menutup aurat.[3]

D.    Hukum seni dalam islam
Dilihat dari beberapa sudut pandang :
1.      Perhatian islam pada kebutuhan manusia.
Islam merupakan agama realistis,yang memperhatikan tabiat dan kebutuhan manusia baik jasmani,rohani,akal dan perasaannya.
Jika olahraga merupakan kebutuhan jasmani ,beribadah sebagai kebutuhan rohani,ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan akal,maka seni merupakan kebutuhan rasa (intuisi).Maksudnya seni itu dapat meningkatkan derajat dan kemuliaan manusia ,bukan seni yang dapat menjerumuskan manusia dalam kehinaan.
2.      Pandangan Al Quran pada keindahan alam
Seni adalah perasaan dalam menikmati keindahan dan inilah yang diungkapkan dalam Al Quran,yaitu merenungkan keindahan makhluk ciptaan Allah ,dan mengambil manfaat yang dikandungnya .
Seperti dalam QS.Al-araf ayat26 :
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

3.      Apresiasi mukmin terhadap keindahan alam
      Jika kita mentadaburi ayat-ayat Al Quran akan terlihat jelas bahwa al Quran ingin menggugah akal dan hati setiap mukmin untuk menyelami keindahan alam semesta,di angkasa,dasar samudra dan seisinya,bumi,langit,flora,fauna dan manusia.
4.      Al Quran mukjizat yang indah
Al Quran adalah bukti yang agung dalam islam,dan mukjizat terbesar bagi Rasulullah SAW,dengan kata lain mukjizat yang sangat indah.Al Quran adalah mu’jizat yang rasional ,Al quran telah melemahkan kesombongan bangsa arab dengan keindahan ungkapannya,sya’ir dan uslub katanya,serta mempunyai lirik dan lagu tersendiri,sehingga sebagian mereka menganggapnya sihir.[4]


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Seni dapat diartikan  sebagai kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bermutu tinggi.Ukuran tinggi itu jika orang lain bisa mengatakan indah ,kagum,atau luar biasa terhadap ciptaan tersebut.Secara umum seni atau kesenian adalah ekspresi jiwa dalam bentuk keindahan.
2.      Kriteria seni dalam islam : Ikhlas sebagai titik tolak ,Mardhatillah sebagai titik tuju,Amal shaleh sebagai garis amal.
3.      Macam seni dalam islam
a.       Seni yang diperbolehkan dalam islam
b.      Seni yang dilarang islam
4.      Hukum seni dalam islam
Dilihat dari sudut pandang yang berbeda 

2.Tauhid Dalam Mtk


BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Setiap ilmu, baik ilmu yang bersifat material maupun spiritual akan berpuncak pada ketidak tahuan yang tak dapat dijangkau dengan akal. Semua ilmu adalah perjalanan menuju dzat wajib al-wujud al-haq al-mutlaq. Tidak terkecuali matematika, ia dengan sangat jelas menggambarkan perjalanan seorang  menjadi ahlu tauhid, ia menjadi seperti peta, dengan kesederhanaan dan keanggunannya serta keindahannya, ia menyibak kemajemukan dan melihat hakikat kalimat tauhid.
Tauhid adalah hakikat matematika, karena tidak dinamakan matematika jika masih merujuk pada kenyataan (alam semesta, sesuatu yang tidak pasti). Sedangkan tauhid hanya merujuk pada sesuatu yang pasti ia tidak menggunakan alam semesta sebagai dalil (argumentasinya) tetapi dzat allah lah dalil itu sendiri.
Ketika kita mempelajari, memahami, mendalami matematika dengan melewati perspektif paradigma ini, maka kita akan secara otomatis memposisikan diri sebagai bagian yang sedang bergerak menuju tuhan, dimana saat bersamaan, banyak orang-orang di sekitar kita juga tengah bergerak melalui pendalaman akan cabang ilmu yang lain namun kita menyadari posisi dan sekaligus menyadari posisi pihak lain yang berupaya keras dansungguh-sungguh jihad menuju Tuhan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud Tauhid dan Ilmu Matematika?
2.      Bagaimana konsep Tauhid dalam Ilmu Matematika?
3.      Bagaimana Aplikasi ilmu matematika dalam agama islam?


BAB II
PEMBAHASAN


1.      Pengertian Ilmu Tauhid dan Ilmu Matematika

            Ilmu Tauhid secara umum diartikan dengan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan aqidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil naqli, dalil aqli maupun dalil perasaan (wujdan). Sarjana barat menterjemahkan Ilmu Tauhid ke bahasa mereka dengan “Theologi Islam”. Secara etimologi “Theologi” itu terdiri dari dua kata yaitu “theos” berarti “Tuhan” dan “Legos” berarti ilmu. Dengan demikian dapat diartikan sebagai Ilmu Ketuhanan.

Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika  berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda matematika di sebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
Matematika adalah cermin peradaban manusia. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa sejarah matematika adalah sejarah peradaban manusia. Para ahli matematika dapat berbangga, karena pengetahuan yang mereka ciptakan (matematika), lebih dari pengetahuan yang lain, baik dari segi eksaknya, maupun dari segi kegunaannya (mathemathics is the queen of science).[1]


2.      Konsep Ilmu Tauhid dalam Matematika

Tauhid sesungguhnya adalah ibunya ilmu pengetahuan, ia adalah konsep matematika yang menggambarkan perjalanan seluruh perbuatan, nama, sifat dan dzat menuju pada satu wujud tunggal (Allah) yang masih berupa struktur abstrak.[2]
Secara matematis tidak ada persoalan dengan ungkapan (1=1), dan ia dianggap sebagai suatu kebenaran umum. Pemahaman dari logika (1=1) ini dalam konteks ilmu tauhid adalah salah satu ayat dalam Alquran yang mengacu pada “Qul huwa Allâhu Ahad (Katakan, Allah adalah Satu/Esa)”. Hal ini cukup mudah dipahami. Kita bisa secara bergantian menerapkan atau memaknai angka (1) untuk menunjuk pada Allah, semisal Allah = (1), atau (1) = Allah. Jika kita menunjuk angka (1), baik di sebelah kanan atau kiri tanda (=), yakni Allah, maka Ia adalah Maha Esa. Artinya, selain yang (1), yaitu (2) atau lebih, adalah (=) selain/bukan Allah, atau sebaliknya. Jika yang (2) atau lebih itu dipaksakan sebagai tuhan (ilah atau sesembahan), maka pemaksaan ini segera ditolak dan dibantah melalui kalimat “Lâ ilâha (Tidak ada tuhan)” sebagai bentuk penafian (peniadaan), yang segera dibenarkan melalui kalimat “Illa Allâh (Kecuali Allah)”. Sebagaimana kita segera mengatakan salah secara matematis jika kita menuliskan (1=2) atau (2=1). 
Membahas Tauhid adalah membahas matematika, membahas bilangan-bilangan, angka-angka, fungsi, ruang karena Tauhid sendiri berarti mengesakan, menyatukan artinya menyederhanakan dengan menghimpun ketakhinggaan bilangan, geometri, sifat, fungsi yang memiliki rupa masing-masing menjadi satu bilangan yang bernama “X”.
Bilangan “X” bisa dibagi dengan bilangan apa saja, dan hasilnya akan bermacam-macam sesuai dengan besarnya bilangan pembagi, keunikan terjadi ketika bilangan “X” dibagi dengan bilangan yang sama yakni hasilnya akan menjadi satu, x/x = 1.Lebih unik lagi ketika x=0, maka hasilnya bukan 1 tapi nol dan akan tetap selalu 0. Bilangan 0 (jika bisa disebut sebagai bilangan) adalah pintu untuk memasuki ketakhinggaan, jika ia menjadi bilangan utama bukan pembagi,ia akan tetap 0 tidak ada perubahan, namun jika ia menjadi bilangan pembagi maka ia akan memasuki wilayah ketakhinggaan (struktur abstrak), wilayah dimana akal tak mampu lagi mencerna dan menganalisa itulah “Wujud Mutlak”.
Dikatakan Wujud Mutlak, karena memiliki sifat ketakhinggaan, ketakhinggaan itu bukanlah suatu keadaan ataupun ketiadaan, tak bisa dikatakan isi ataupun kosong, ia tak terpengaruh oleh keadaan(1) ataupun ketiadaan (0).
Untuk memasuki ketakhinggaan “Wujud Mutlak”, sesuatu harus keluar dari Aqal yang masih memegang erat prinsip-prinsip bilangan, yaitu berupa hukum alam dan kemajemukan bilangan. Lalu Bagaimana caranya keluar dari Aqal?!.
Rumus untuk keluar dari aqal adalah “La ilaha ila Allah” maknanya adalah menihilkan segala segala sesuatu dan menetapkan sesuatu sebagai satu-satunya yang Ada yakni Allah, tiap-tiap sesuatu itu fana (0) sejak dulu, sekarang dan yang akan datang tetap fana (0).
Derajat (pangkat) setiap kemajemukan bilangan(x) adalah ketiadaan, dan setiap bilangan jika disematkan pangkat ketiadaan hasilnya adalah satu. Jadi La ilaha ila Allah jika dirumuskan dalam kalimat matematika adalah
X^0 = 1.
dimana ^ = pangkat
X = semua fungsi, bilangan’ himpunan bilangan, deret bilangan dan semuanya yang masih ada di dalam aqal
0= ketiadaan,

Hanya sesuatu yang sudah memiliki derajat fana, mati(0), Niscaya Akan menjadi tetap Ada, hidup (1), هو (1) adalah Wujud Allah. Ini mengisyaratkan puncak dari kefanaan, kebinasaan adalah Ahad, keadaan hakiki. Segala sesuatu yang hakikatnya tiada, jika ia jujur dengan derajat atau pangkat ketiadaanya maka akan menjadi Ada, seperti kejujuran kalimat matematika diatas. Ini juga pembuktian dari kalam hikmah yang kerap diucapkan oleh sebagian besar Arif Billah yakni“jika engkau menampakan kekuranganmu maka Allah akan menyempurnakanya”
Satu adalah wujud, dan 0 adalah non wujud, jika masih melihat wujud dan non wujud maka masih ada didalam Aqal, maka yang satu harus di urai dengan yang kosong dengan cara mengimani dengan menetapkan didalam hati bahwa yang satu diatas yang kosong (istawa ala Al-arsy), maka isi (Ada) dibagi dengan kosong (tidak Ada) = tak terhingga ,hasilnya Tak bisa disimpulkan.
1/0 = Tak Hingga (h)
dimana
x^0 = 1 dan 0^x=0

Satu adalah kenyataan yang berjalan bagi wujud mutlak, cahaya pertama, Nur Muhammad yang bermakna Ada dan dikekalkan oleh wujud mutlak, Dia adalah Huwa – Allah, Ahad yang tidak bisa didefinisikan dengan apapun, ini juga bukti bahwa hamba, manusia mustahil untuk mengenal Allah.
Nol (0) adalah derajat makhluk, yang bermakna tidak ada, namun seringkali mengada-ada maka dipangkatkan dengan x,
X adalah segala sesuatu yang diada-adakan namun hakikatnya tidak ada maka di pangkatkan dengan 0
h = (Ketakhinggaan), sesuatu yang tak bisa disimpulkan, sangat tersembunyi dalam bahasa matematika dinamakan struktur abstrak yang menurunkan axioma, Axioma adalah titik awal untuk menurunkan logika, sedangkan axioma dalam bahasa yunani adalah sesuatu yang sudah dipastikan kebenarannya.
Jadi ketakhinggaan adalah Wujud Mutlak (wujud yang sudah dipastikan kebenaranya) berada sebelum alam semesta tercipta,ia tak bisa disimpulkan sebagai bilangan atau rupa sesuatu. Ini adalah isyarat yang menyembah dan disembah Wahid, Wahid bukan bermakna nomer 1 setelah 0, sebelum 2,3,4.., tetapi wahid disini bermakna satu yang unik, ketakhinggaan, tak terurai, tak terdefinisi dalam aqal, kata, bahasa dan angka.
Wujud mutlak, Adanya tidak membutuhkan proses kejadian (kunhi Dzat),karena Wujud Mutlak adalah kunhi dzat itu sendiri. Jika sesuatu masih membutuhkan kunhidzat (proses kejadian)tidak bisa dikatakan Wujud Mutlak tetapi namanya adalah wujud mumkin (relatif). Jadi tidak adalagi sesuatu diatas Dzat Mutlaq.Rosulullah saw ditanya Seorang arif Billah,” Ya Rosul, Dimana Allah ketika belum ada alam semesta?”,Rosul menjawab,” Dia Berada di kehampaan. Tidak ada udara, pun diatasnya, tidak juga dibawahnya.Namun kebesaranya mencakup atas segala atas, bawah segala bawah, sebelum segala sebelum, sesudah segala sesudah.
Makna hadis diatas penafsiranya adalah Yang Ada berada diketiadaan yang diatasnya tidak ada udara dibawahnya tidak ada udara itulah yang dimaksud dengan ketakhinggaan, karena udara adalah wujud materi yang paling halus yang bisa dicapai dengan Aqal atau mungkin hadist tersebut juga makna dari ayat “Allah Bersemayam diatas Arsy”. Dia meliputi seluruh Arsy, alam semesta. Dia mengetahui sangat rinci setiap proses kejadian awal dan akhirnya, tak ada sesuatupun yang lepas dari-Nya, dari zat-Nya, dari sifat-Nya, dari asma-Nya, dan dari Af’al-Nya. Setiap zarroh kehidupan jika dibentangkan kemudian di cacah-cacah menjadi berbilang-bilang maka setiap bilangan menyenbunyikan rahasia wujud-Nya.
Memasuki wilayah ketakhinggaan Wujud mutlak adalah kemerdekaan sejati, kebenaran sejati,kebenaran yang tidak dibungkus oleh bingkai-bingkai ketuhanan, dan frame-frame kemakhlukan. Kebenaran yang terbebas dari othoritas siapapun, karena Dia sendiri adalah othoritas, kebenaran yang terbebas dari rasa takut ketika mempertahankannya.[3]

3.      Aplikasi Matematika Dalam Agama Islam

Dalam matematika kita mengenal istilah limit yang artinya adalah mendekati, jika dikatakan limx→o (dibaca limit x mendekati 0) artinya x akan selalu mendekati nol tapi tidak akan pernah sama dengan nol. Dan begitu juga yang diajarkan agama Islam dalam berinteraksi dengan lawan jenis, kita boleh berteman dengan lawan jenis tapi tetap ada bingkai-bingkai yang membatasi dan tidak akan saling bersentuhan seperti limit dalam matematika. Sebagaimana hadits Rasul SAW

َلأَنَّ يُطْعَن فِيْ رَأْسِ أَحَـدِكـُمْ بـِمَخـِيْطِ مِِنْ حَدِيْدٍ خَيْرَ لَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمِسُّ امْرَأَةَ لاَ تَـَـحِلُّ لَهُ

Artinya : “Dari Ma’qil bin Yasar dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Thabrani dan Baihaqi)

Pada saat sekarang ini jabat tangan antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi tradisi dan hal yang lumrah dikalangan masyarakat, kebiasaan inilah yang sebenarnya mengalahkan akhlak Islami yang seharusnya kita junjung tinggi, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul SAW dalam haditsnya

إنّـِـيْ لا َأمَسُّ أيـْدِيَ النّـِـسَاءَِ.

Artinya : “aku tidak menyentuh tangan wanita (HR. Thabrani)




Dalam hadits lain dikatakan


وَلاَ وَاللهِ، مَا مَسَتْ يَدُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسَلَمْ يَدَ امْرَأةِ قَـَطْ غَيْرَ أَنـَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِا لـْـكـَلاَمِ

Artinya : Dari Aisyah RA berkata, “dan demi Allah sungguh tangan rasulullah SAW (tidak pernah) menyentuh tangan perempuan sama sekali, tetapi beliau membai’at mereka dengan perkataan” (HR. Muslim)[4]































BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
           
            Matematika dalam terminologi umum adalah pengkajian ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, yang sering dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat matematis (Bilangan,ruang,bidang,fungsi dll).Matematika adalah ilmu membahas bagaimana menegaskan kebenaran struktur abstrak.
            Tauhid adalah hakikat matematika, karena tidak dinamakan matematika jika masih merujuk pada kenyataan (alam semesta, sesuatu yang tidak pasti). Membahas Tauhid adalah membahas matematika, membahas bilangan-bilangan, angka-angka, fungsi, ruang karena Tauhid sendiri berarti mengesakan, menyatukan artinya menyederhanakan dengan menghimpun ketakhinggaan bilangan, geometri, sifat, fungsi yang memiliki rupa masing-masing menjadi satu bilangan.




B.     Kritik dan saran
Kami mohon kritik dan sarannya dari teman-teman untuk makalah ini mungkin ada banyak kesalahan dan kekeliruan.



DAFTAR PUSTAKA




Basya, Fahmi. 2009. Matematika Islam 3.Jakarta:Republika.


[1] Basya, Fahmi. 2009. Matematika Islam 3.Jakarta:Republika.
[2] http://fachr-alrozie.blogspot.co.id/2012/02/matematika-tauhid.html
[3] https://galaksitauhid.blogspot.co.id/2009/09/matematika-tauhid-1.html

















DAFTAR PUSTAKA

Mahfud,Rois.2011.Pendidikanagamaislam.Jakarta:penerbiterlangga
Rakyat,Dian.2009.Kakilangitperadabanislam.Jakarta:Paramadina
http://anniun.blospot.co.id/2014/01/seni-dalam;islam.html.diakses pada selasa 5 desember 2017 pada jam 08.00 WIB




[1] Dianrakyat,kakilangitperadabanislam,(Jakarta:Paramadina,2009),hal.204
[2]Rois mahfud,Pendidikanagamaislam,(Jakarta:PenerbitErlangga,2011),hal.294
[3]http://anniun.blospot.co.id/2014/01/seni-dalam;islam.html.diakses pada selasa 5 desember 2017 pada jam 08.00 WIB

[4]http://anniun.blospot.co.id/2014/01/seni-dalam;islam.html.diakses pada selasa 5 desember 2017 pada jam 08.00 WIB

3. Tauhid Dalam Manajemen
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari al-qur’an dan hadits. Para ulama berbeda pendapat bahwa keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal ghaib sama dengan memandang hal yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang lahir dan yang ghaib.
Ajaran keesaan Allah menjadi dasar bagi pengetahuan dalam islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT sebagai kebenaran yang haq. Jadi, setiap yang meragukan kebenaran Allah, maka itu merupakan perbuatan syirik.
B.     Rumusan Masalah
1.       Bagaimana  tauhid sebagai dasar pengetahuan dalam islam?
2.      Apakah prinsip manajemen dalam al-Qur’an?
3.      Bagaimana tinjauan manajemen pendidikan islam?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui tauhid sebagai dasar pengetahuan dalam islam
2.      Untuk mengetahui prinsip manajemen dalam al-Qur’an
3.      Untuk mengetahui tinjauan manajemen pendidikan islam





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tauhid Sebagai Dasar dalam Al-Qur’an
Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal manusia. Dengan akalnya manusia dapat memahami ayat-ayat Allah, dan membedakan yang baik dan buruk. Manusia memiliki status ciptaan Allah yang paling baik. Bahkan keberadaan umat islam ditempatkan Allah sebagai umat terbaik diantara umat lain. Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia adalah umat terbaik sesuai dengan Al-qur’an surat Al-imran ayat 110. Artinya: kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Para ulama berbeda pendapat bahwa keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin. Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir. [1]
Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuannya. Objek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan (kehendak dan kuasanya). Tuhan mengetahuinya secara pasti, sebab Dia adalah penciptanya dan secara pasti pula Dia adalah sumbernya, dan pengetahuanNya adalah mutlak dan universal. Allah sebagai Rabbul Alamin yaitu sebagai pencipta alam beserta segala isinya. Rabb artinya mendidik dimana Allah sebagai pendidik. Allah hanya memberi fasilitas hidup bagi manusia dengan kelengkapan diri manusia tersebut. Dan manusialah yang mengusahakan bagaimana mengembangkan bakat kognitif, psikomotorik, maupun akhlak budi pribadinya, untuk menetapkan status didunia dan diakhirat nantinya. Tetapi manusia tidak boleh sombong karena hakikatnya Allah yang memberikan ilmu oengetahuan yang dimiliki manusia tersebut. Makna dari memahaminya adalah mengakui bahwa:
1.      Tuhan itu ada dan Dia-lah Allah.
2.      Allah itu Esa dalam Dzat (tak ada Tuhan lebih dari satu dan tak ada sekutu                       baginya), sifat  (tak ada dzat lain yang memiliki sifat-sifat ketuhanan yang                      sempurna), maupun perbuatan-Nya (tak seorang pun dapat melakukan perbuatan                 seperti yang dilakukan Allah).
3.      Allah menurunkan agama yang benar, yaitu Islam, sebagai pedoman hidup manusia
Berdasarkan pemahaman tersebut kita mengetahui bahwa Allah adalah Rabb bagi semesta alam dan sumber kebenaran. Allah-lah yang paling tahu apa yang baik dan benar bagi manusia. Maka, ilmu pengetahuan bersumber dari Allah semata, yaitu yang diperoleh berdasarkan tuntunan Allah melalui wahyu (Al Quran) dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Ajaran tauhid mendorong agar manusia terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan dalam prosesnya kita tetap memegang prinsip dan nilai-nilai Islam yang menjadi pedoman mengembangkan ilmu pengetahuan.
Al-Faruqi menjelaskan prinsip metodologi, tauhid terdiri dari tiga prinsip, yaitu:
1.      Penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan realitas.
2.      Penolakan kontradiksi-kontradiksi hakiki.
3.      Keterbukaan bagi bukti yang baru, atau bertentangan.[2]


 Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia adalah Artinya: kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
 Para ulama berbeda pendapat bahwa keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin. Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir.  Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
B.     Beberapa prinsip Manajemen dalam Al Qur'an
1.      Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar          
Setiap Muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan diberantas. Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 : Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

2.      Prinsip Kewajiban Menegakkan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan. Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 81 Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.         
3.      Prinsip Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syariah mewajibkan umat islam untuk menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun berada. Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam surah an-Nisa’ ayat 58. Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat.
4.      Prinsip Kewajiban Menyampaikan Amanat
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah telah dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 58. Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya……”
C.    Tinjauan Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen modern yang berasal dari Barat cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya. Manajemen Barat juga menganggap tenaga kerja merupakan factor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai manusia social. Manajemen modern ala Barat menghasilkan manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam tanpa ada lagi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan  kehidupan social dengan masyarakat disekitarnya.
Dalam islam, manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktifitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya akan berjalan maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan islam adalah harus ada sifat Ri’ayah atau Jiwa Kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.[3]
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tak merugikan perusahaan. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat ditentang oleh Islam. Sebaiknya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Islam juga menekankan pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW menempatkan manusia sebagai postulatnya atau sebagai fokusnya, bukan hanya sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi. Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya. Manajemen Islam pun tak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi).
Ada empat pilar etika manajemrn bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW yaiut :
1.      ‘Tauhid’ yang berarti memandang bahwa segala asset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanat untuk mengelolanya.
2.      ‘Adil’ artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan “akad saling setuju” dengan system profit and lost sharing.
3.      ‘Kehendak Bebas’. Manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi         asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
4.      ‘Pertanggung jawaban’. Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan.
Ciri manajemen Islami adalah amanah. Jabatan merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Seorang manajer harus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya ataupun karyawannya. Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya. Ini merupakan nilai-nilai yang diajarkan manajemen Islam.Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil orang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Bukankah memberikan senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam. Naman, kelembutan tersebut tak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tak pilih kasih.

Selain itu, setiap pekerjaan harus dilandasi dengan niat yang baik. Karena, niat baik akan menuntun kita melakukan pekerjaan dengan baik untuk hasil yang baik pula. Islam mengajarkan sesuatu harus diawali dengan niat baik. Menjadi manajer yang Ri’ayah. Contoh sikap seorang manajer yang berjiwa Ri’ayah adalah:
1.      Memberikan perhatian atau kepedulian kepada bawahan
2.      Membuat perencanaan kerja yang baik.
3.      Bersungguh-sungguh dan teliti dalam melaksanakan rencana kerja
4.      Melakukan pengawasan secara terus menerus
5.      Melakukan hasil evaluasi secara berkala
6.      Memenegakkan disiplin dalam waktu kerja
7.      Memiliki tanggung jawab terhadap hasil akhir.[4]



























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuannya. Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia adalah umat terbaik sesuai dengan Al-qur’an surat Al-imran ayat 110. Artinya: kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.




















DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009.
Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2009.
Alwi Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad, Jakarta: Bintang Terang, 2001.
Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta : Erlangga, 2008.
http://myblogfatimahdewi.blogspot.com/2015/06/menajemen-pendidikan-islam.html. diakses pada Sabtu, 9 Desember 2017 pada jam 22.30 WIB


[1] Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009), hal. 78.
[2] Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2009), hal. 67.
[3] Alwi Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad,( Jakarta: Bintang Terang, 2001), h, 56.

[4] Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Erlangga, 2008), h, 45. 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Akhlaq Tasawuf Kelompok 13

Ini dia Hulul dan wahdatul wujud

Refleksi kuliah dan Persiapan Uas Pkn